Kamis, 16 Oktober 2014



Kos
Kosan dan mahasiswa sepertinya kedua hal ini takkan mungkin terpisah satu sama lain. Kosan akan menjadi incaran pertama bagi mahasiswa baru yang hendak kuliah.
Kosan di sekitaran kampus tumbuh bak jamur, dan menjadi aset menjanjikan bagi yang memiliki tanah yang luas di sekitar kampus cukup mengeluarkan modal awal membangun lalu diam di rumah tanpa melakukan apapun uang akan mengalir dengan sendirinya di setiap bulan/tahunnya. Bukan menjadi rahasia lagi hidup makmur jelas terlihat dan bahkan ada yang sudah memiliki rumah mewah dan mobil hanya dengan uang hasil usaha tak bergerak tersebut.
Kosan yang ditawarkan dari masing-masing pemilik kosan beragam, ada kelas mengang, ekonomi dan Vip begitulah aku menyebutnya. Keberagaman ini di pacu oleh modal masing-masing pemilik kos bagi yang sudah memiliki modal yang cukup untuk membagun yang mewah mereka akan membangun yang mewah. Karena bagus dan tidaknya kos juga sangat berpengaruh dengan harga yang di tawarkan baik perbulan ataupun pertahunnya. menengah bisanya memiliki fasilitas standar dan bahkan yang di sediakan hanya kamar mandinya saja, Lampu dan listriknya di bayar diluar dari uang kosan dan yang lebih mencolok dari kosan ini adalah bahan dasar pembuatan kosannya terbuat dari  kayu dan resiko terburuknya yah harus lebih berhati- hati agar tidak menjadi korban intip orang jahil. Mungkin Ekonomi menjadi incaran dan menjadi favorit bagi mahasiswa selain harganya bisa dijangkau fasilitasnya yang hampir mirip dengan kelas menengah hanya di sediakan kamar mandi saja dan itupun kamar mandinya di pakai umum oleh semua anak kosan yang satu naungan nama asrama, hanya saja bahan dasarnya terbuat dari beton setidaknya menjadi teduhan yang aman jadi di setiap harinya tidak harus was-was karena takut di intip atau lain sebagainya harga yang ditawakan berkisar antara 3.000.000 - 3.500.000 pertahunnya. Nah lain lagi dengan kos VIP kosan ini kosan penuh fasilitas ada kamar mandi dalamnya, di sediakan lemari dan tempat tidur dan bahkan ada yang ber-AC harga yang ditawakan juga pastinya sesuai dengan fasilitas 700.000 - 1.000.000 perbulannya, tiga bulan saja sudah hampir menutupi satu tahun kelas ekonomi.
Hal tersebut bukan menjadi satu masalah yang berarti sepertinya bagi pecinta ilmu yang akan melabuhkan separuh dari semangat dan jiwanya untuk mengabidi dengan pelajaran dan lebih spesifiknya kuliah. Dan yang harus menyelasaikan pekerjaan rumah tersebuat yah orang tua, orang tua  yang mengantungkan harapan setinggi-tingginya kepada anaknnya harapan agar anak-anaknya tidak menjajaki kehidupan yang sama dengannya, berharap anaknya bisa membentengi dirinya dengan ilmu yang nantinya akan membawanya ke kesuksesan hidup yang nyata. Itu juga yang menjadi semangat tersendiri bagi sebagian besar mahasiswa atau siapa saja yang tengah menempuh jenjang pendidikan hal ini di buktikan dengan cita-cita mereka, mereka selalu memposiskan akan membahagiakan orang tua mereka dengan bersekolah di posisi paling utama lalu selanjutnya untuk kebahagiaannya dan kebahagiaannya bersama keluarga barunya kelak.
Faktanya, kini mempersembahkan kebahagiaan yang sesungguhnya kepada kedua orang tua yang melahirkan, membesarka, mendidik dan menyetarakan pendidikan yang layak dengan orang-orang hebat diluar sana tidak hanya diikrarkan sekedar kata-kata atau cita-cita yang bahkan membuat angan orang tua melambung jauh keangkasa. Namun membuktikannya dengan bertahan, bertahan dengan semua godaan yang mungkin akan meruntuhkan pilar-pilar semangat dan kehormatan di tengah gencarnya pergaulan yang mungkin akan merusak segalanya.
Jaman kian modern, tahun berlalu dengan berbagai perkembangan yang luar bisa, semangatpun terkikis oleh kerasnya benturan pergaulan. Itulah sebuah kalimat yang mengambarkanku tentang kondisi kehidupan remaja saat ini menurutku. Kini kos-kosan semewah apapun di mataku tampak usang, bukan usang karena kurang perawatan atau kurang mewah melainkan usang karena tak ada lagi kehormatan di balik itu semua.
Keringat orang tua di balik itu semua mungkin akan menjadi tangisan bercampur amarah takkalah mengetahui putri/putra mereka menjadikan kos-kosan sebagai wadah meluapkan virus merah jambu didalamnya. Tidakkah ada sedikit rasa malu kepada orang tua yang rela memberikan fasilitas yang mungkin mereka sendiri tak pernah merasakan sebelumnya. Kenapa harus tertunduk malu takkalah harapan itu sudah tidak menjadi proritas utama bagi orang tua, kini telah hanyut bersama linangan air mata penyesalan yang tiada artinya lagi bagi mereka.